Womanwrites: Menggali Makna Merdeka
Seri menulis bersama bagi anggota komunitas The Lady Book.
Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata merdeka?
Mendapatkan kebebasan, bisa melakukan apa saja selama masih dalam batas koridor syariat. Kadang kemerdekaan yang digaungkan oleh orang-orang itu seringkali melupakan batas-batas, padahal kenyataannya kita tetap memerlukan koridor batasan untuk tetap menjalani kehidupan di dunia ini.
Apa yang kamu ingat tentang cerita di masa penjajahan?
Tidak bisa mendapat akses pendidikan. Hal yang paling menyentuh bagi saya ketika belajar masa penjajahan dulu adalah tentang bagaimana para pahlawan pendidikan berjuang menciptakan lapangan pendidikan bagi orang-orang pribumi. Bagaimana Ki Hajar Dewantara mendirikan Sekolah Taman Siswa yang membantu banyak orang.
Menurutmu, apakah kita sudah merdeka? Apakah kamu sudah merdeka?
Belum sepenuhnya. Saat ini perang kita bukan lagi perang fisik, melainkan perang pemikiran. Bagaimana kita dijajah dengan banyak pemikiran yang merugikan kehidupan kita sendiri. Bagaimana anak-anak kita, saudara-saudara kita, dicekoki dengan ragam tren kehidupan yang tiada habisnya, akhirnya butuh perhatian lebih untuk mengatasi hal-hal semacamnya.
Apa musuh terbesarmu sekarang? Apa yang membelenggumu?
Kemalasan dan ketidakpedulian. Kemalasan yang membuat kemerdekaan saya menjadi tidak bermakna. Kemalasan membuat berbagai macam kesempatan yang saya miliki untuk merdeka dan berkarya menjadi tidak berguna. Ketidakpedulian yang membuat saya kerap acuh akan hal-hal negatif yang terjadi di dunia. Ketidakpedulian membuat saya enggan berkontribusi lebih lagi.
Bagaimana supaya kamu bebas dari belenggu itu dan menjadi merdeka seutuhnya?
Memaknai tujuan hidup lebih dalam lagi. Bagaimana agar rasa malas dan tidak peduli saya bisa berkurang ketika tahu kita hidup ini untuk apa, ketika tahu bahwa hidup ini penuh perjuangan, bukan hanya ladang untuk bermalas-malasan. Hidup ini harus bermanfaat, menggaungkan kebaikan dan mengatasi keburukan.
#MeletakAsa