Tulisan Ke-100 di Medium
Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.
-Seno Gumira Ajidarma
Ternyata ini sudah tulisan yang ke-100 ya? Ah, tidak terasa.
Akun Medium ini saya buat pada Maret, 2020. Waktu itu kalau tidak salah beberapa teman organisasi saya memang sedang banyak yang menggunakan Medium sebagai platform membaca atau menulis. Saya yang cukup senang merangkai kata tentu tertarik ikut bergabung juga.
Jadilah akun ini dengan beberapa tulisan yang sangat ala kadarnya. Hanya ada belasan tulisan yang saya unggah dalam tiga tahun pertama. Sisanya jelas baru saya buat di tahun 2023.
Berawal dari keisengan saya yang ingin menulis setiap hari di awal tahun ini, ternyata setengah tahun telah berlalu dan aktivitas itu masih berlanjut, membuahkan banyak manfaat pada diri saya sendiri.
Menurut saya, menulis adalah cara berkarya yang paling mudah. Siapapun bisa menulis, terlepas dari keahlian, status sosial, atau pekerjaan apapun yang tengah dilakukan.
Ada beberapa hal yang membuat saya akhirnya memutuskan untuk menjadikan kegiatan menulis di Medium ini sebagai rutinitas setiap beberapa hari sekali.
Alasan utamanya, saya suka mengambil hikmah dari setiap kejadian. Banyak hikmah yang saya miliki dari setiap kegiatan harian yang saya lalui, tetapi seringkali saya tidak punya tempat penyaluran untuk menceritakannya. Saya suka merasa bawel kalau terlalu banyak bercerita kepada orang-orang sekitar tentang berbagai hikmah yang saya temukan. Jadi menulis seperti ini rasanya dapat jauh lebih aman.
Sebetulnya bisa saja sih cukup saya tulis di buku harian, tapi rasanya akan lebih menyenangkan kalau bisa dibagikan. Yaa, siapa tau ada satu atau dua orang yang relevan (halah ke-pede-an). Walaupun belum semuanya, tetap sebisa mungkin setiap tulisan yang saya publikasikan di akun ini setidaknya mengandung sebuah pelajaran.
Konsekuensi dari kebiasaan menulis ini juga mengharuskan saya untuk berusaha mindfulness setiap saat, benar-benar memaknai setiap kegiatan yang sedang saya jalani, juga menghubungkannya dengan buku manual kehidupan yang saya imani.
Pemaknaan tersebut yang akhirnya dapat melahirkan banyak hikmah untuk saya olah menjadi sebuah tulisan. Yaa, saat ini saya memang masih menulis berdasarkan hal-hal yang saya alami, semoga ke depan seiring bertambahnya ilmu dapat membuat saya menulis ke arah yang lebih spesifik dan mendalam lagi.
Selain itu, menulis juga berguna untuk menghabiskan jatah kata harian yang saya punya. Pernah dengar kalau wanita berbicara 16–20 ribu kata setiap harinya? Ya, penelitian itu benar dan saya merasa begitu juga.
Pada dasarnya saya suka bercerita. Belakangan ini saya merasa tidak lagi memiliki banyak teman bicara, akhirnya menulis ini menjadi salah satu solusi juga. Bagaimana saya bisa menyalurkan berbagai cerita untuk menghabiskan jatah ngoceh harian saya.
Yaa, you know lah, people come and go. Nggak ada yang bisa memaksa seseorang untuk terus mendengarkan cerita kita. Apalagi kalau jalan hidupnya memang sudah berbeda. Kalau menulis di sini kan termasuk win-win solution, mau baca mangga, di-skip juga nggak apa-apa.
Menulis di sini juga melatih diri untuk berpikir dan mempresentasikannya secara runtut. Istilah bahasanya ya kohesi dan koheren. Ketika membuat tulisan panjang, maka akan membuat kita lebih memikirkan kesinambungan antarbagiannya. Itu yang membuat otak secara nggak langsung berlatih berpikir secara terstruktur.
Bukan cuma itu aja. Kadang kita tahu apa yang kita pikirkan, tapi sulit untuk mengutarakan atau mempresentasikannya. Menulis ini juga jadi salah satu metode latihan saya untuk hal tersebut. Cukup terasa sih efeknya, kalau sedang menjelaskan sesuatu kepada orang lain jadi sedikit lebih tertata dibandingkan sebelumnya.
Salah satu hal yang dulu selalu saya takuti adalah tentang mengemukakan pendapat. Menulis di sini akhirnya membuat saya berlatih beropini. Dulu saya sering takut opini saya tidak dapat diterima orang-orang, tapi nyatanya kan kita tidak akan pernah tahu pandangan orang lain terhadap opini kita sampai kita mengemukakannya.
Bisa jadi sependapat, bisa juga berbeda. Kalau berbeda, yaudah selama ndak melanggar syariat ya woles aja, hargai aja. Biasa lah namanya juga pandangan, justru perbedaan itu yang membuat hidup kita jauh lebih berwarna.
Percaya nggak percaya, buat saya menulis juga sebagai sarana menenangkan diri dan menyalurkan emosi. Ketika saya sedang senang, marah, sedih, kecewa, atau apapun itu, biasanya antara saya menulis atau membuka kembali tulisan-tulisan lama saya yang relevan dengan perasaan saya saat itu. Membaca ulang tulisan sendiri membuat saya berefleksi dan berpikir oh dulu ternyata pernah merasakan hal kayak gini juga ya, jadi sudah tahu selanjutnya harus berbuat apa.
Tentu nggak semua emosi bisa ditulis dan dipublikasikan di sini. Balik lagi ke aturan pertama di awal, sebisa mungkin tulisan di akun ini setidaknya mengandung sebuah pelajaran. Nggak masalah kalau tulisannya diawali dengan kesedihan atau kemarahan, selama itu ditutup dengan pemaknaan dan harapan agar lebih baik ke depan.
Terakhir, motivasi saya menulis juga untuk menenggelamkan kebiasaan buruk. Saya percaya untuk menghilangkan kebiasaan buruk, maka kita harus menggantinya dengan kebiasaan baik.
Menulis membuat saya meluangkan lebih banyak waktu untuk memaknai kejadian, mencari referensi, dan memikirkan susunan tulisan. Akhirnya beberapa kebiasaan buruk seperti scrolling timeline media sosial tanpa tujuan bisa dapat berkurang.
Di platform ini juga saya bertemu dengan banyak karya penulis lainnya, bahkan sebagian besar orang yang saya ikuti atau sebaliknya juga bukan merupakan orang yang saya kenal di dunia nyata. Senang rasanya bisa saling berbagi membaca cerita, terkadang juga merasa relevan dengan kejadian-kejadian yang dituliskan.
Terima kasih ya, untuk semuanya. Buat yang baca tulisan saya, buat yang follow akun ini, buat yang suka ngasih reaksi dengan clap, komen, atau highlight bagian cerita. Pokoknya makasih hehe, semoga apapun yang kita lakukan senantiasa diluruskan niatnya menuju ke arah kebaikan.
Makasih juga buat yang nggak kenal sama saya, tapi masih suka baca. Kalau ada yang mau berinteraksi langsung bisa DM aja di IG @arurrahma.
Salam sejuta kata, #MeletakAsa.