Sendi Ibu Jari Kiri

Amelia Khoirurrahma
3 min readAug 29, 2023

--

“Tangan kiri gunanya buat apa, Mel?”

“Buat wawik*, Ma.”

*wawik berarti cebok untuk anak kecil dalam Bahasa Jawa.

Begitulah Mama mengajariku sejak kecil tentang fungsi tangan kiri. Kami selalu diajari untuk mengerjakan banyak hal dengan tangan kanan.

Mengambil benda, memberi uang, makan, salim, menulis, menunjuk, ya pokoknya apapun kegiatan yang bisa dilakukan oleh satu tangan, maka harus dengan tangan kanan. Kalau butuh dua tangan, baru pakai tangan kiri. Tentunya pengecualian untuk satu agenda sakral alias wawik yang tadi aku sebutkan di awal.

Hal itu selaras dengan sunnah Rasulullah yang mengutamakan tangan kanan untuk hal-hal baik dan menggunakan tangan kiri untuk hal-hal yang bersifat najis atau kotor. Norma di masyarakat setempat juga kadang mengecap anak yang kidal (kiri dari lahir) sebagai anak yang tidak sopan.

Alhasil, tangan kiri seringkali dianaktirikan. Yaa, paling tugas lainnya hanya sebatas jadi tempat melekatnya berbagai macam perhiasan, seperti cincin, gelang, atau jam tangan.

Aku pun memiliki persepsi yang sama saja, menganggap tugas tangan kiri hanya sebatas di kamar mandi. Sampai akhirnya, cedera lama yang aku remehkan menimbulkan rasa tidak nyaman yang luar biasa.

Sendi pada jari tangan (Leon, 2014)

Gara-gara salah seorang teman, akhirnya saat SMA dulu aku selalu jadi kiper ketika musim classmeeting tiba. Entah di tahun ke berapa, sepertinya tahun terakhir, sendi ibu jari kiriku terasa nyeri selepas menangkap bola. Kalau di gambar, itu adalah bagian yang bernama Metacarpophalangeal joint (MCP).

Merasa sakitnya hanya akan berlangsung sementara, aku cenderung mengabaikan dan membiarkannya saja. Ya, nyerinya berangsur-angsur menghilang, hanya menyisakan sedikit rasa kebas ketika aku membunyikan jari tangan.

Sampai beberapa minggu terakhir, rasa sakit itu muncul kembali dengan frekuensi yang berkali-kali lipat. Sudah coba diobati, tapi masih belum juga kunjung membaik.

Sebuah nyeri sendi yang sering membuatku meringis ketika mencuci, memotong bahan masakan, mengangkat benda, mengetik, bahkan mengacungkan tanda oke dengan mengangkat ibu jari saja tidak bisa aku lakukan berlama-lama.

Hah, ternyata hal yang aku anggap tidak penting selama ini, begitu besar efeknya ketika tidak bisa bekerja sebagaimana mestinya. Ini baru sendi ibu jari sebelah kiri loh, belum sendi-sendi utama yang menopang tubuh kita. Nggak kebayang rasanya kalau itu terjadi.

Kalau tubuh ini diibaratkan sebuah organisasi, kita bisa anggap otak tuh pemimpinnya, jantung wakilnya, dan paru-paru bendaharanya. Coba kira-kira sendi ibu jari kiri ini apanya ya? Paling cuma staf bawahan yang kerjaannya serabutan. Ya persis kayak anak magang lah ya.

Tapi eh tapi, ketika si staf magang ini sakit, ternyata ketua juga jadi nggak bisa mikir, wakilnya berdenyut makin cepat, dan bendahara bekerja tidak teratur. Berpengaruh ke banyak bagian lainnya.

Nggak beda jauh sama hidup kita. Ketika ada satu bagian kecil dalam hidup yang rasanya sakit, salah, sesak, nggak enak, ya kalau bisa cepat-cepat diperbaiki. Kalau nggak, cepat atau lambat akan menjalar ke bagian utama lainnya.

Jangan karena kesalahan yang kita anggap kecil kepada orang, akhirnya minta maafnya malah ntar-ntaran. Jangan karena sholat yang kian tidak tepat waktu setiap harinya, malah dianggap hal yang biasa selama masih ditunaikan.

Jangan. Pokoknya jangan. Jangan membiarkan keburukan kecil terus menerus bersarang.

Kalau nggak segera dibersihkan, keburukan kecil itu makin lama makin membesar sampai akhirnya menimbulkan lubang. Lubang yang kita tidak tahu bagaimana cara menambalnya dan membutuhkan waktu lama untuk kembali seperti semula.

Setiap dari kita punya lonceng batas kebaikan. Kalaulah lonceng itu sedikit bergetar karena ada suatu hal tidak benar yang tengah kita lakukan, segeralah berbenah. Jangan sampai bunyi lonceng itu semakin lama semakin nyaring karena banyaknya keburukan yang kita lakukan, tapi ternyata tidak dapat kita dengar.

Semoga Allah selalu menuntun kita kembali ketika tengah tergelincir kepada keburukan. Semoga juga kita menjadi manusia yang tidak mudah mengabaikan kesalahan kecil yang telah kita lakukan.

#MeletakAsa

--

--

Amelia Khoirurrahma

Semi jurnal kehidupan, tidak akan relevan untuk banyak orang.