Potret Masjid Ramah Anak
Belakangan ini, saya sering main ke beberapa masjid yang dulunya jarang saya kunjungi. Di antaranya adalah Masjid Al-Ihsan Darul Hikam di Dago dan Masjid Al-Ukhuwwah di Wastukencana.
Selain karena merasa cocok dengan kajian sistematis yang diadakan, ada juga hal menarik yang selalu menjadi perhatian saya, yaitu tentang banyaknya jamaah kajian yang membawa serta putra-putri kecil mereka dengan leluasa.
Kemarin malam saya mencoba bergabung bermain dengan anak-anak kecil di sana. Saat itu, kajian sedang break sholat Isya dan saya tidak ikut sholat. Mereka rata-rata berusia sekitar dua sampai empat tahun. Anak-anak lucu itu asik dengan mainannya masing-masing di pelataran masjid sembari menunggu orang tuanya selesai beribadah.
Ada yang bermain mobil-mobilan, bongkar pasang, buka-tutup pagar tempat wudhu sambil bermain kurung-kurungan, ada juga yang saling berlarian kejar-kejaran. Tingkah mereka begitu menggemaskan. Ditambah lagi dengan kerudung panjang yang berkibar-kibar atau peci yang sudah miring sana-sini. Aihh, sungguh imut sekali!
Bahkan anak-anak yang lebih besar juga tidak luput dari keseruannya. Selepas sholat, mereka tidak ikut menyimak kajian, melainkan bermain lompat tali karet di teras masjid bersama teman-teman lainnya. Sedangkan para anak laki-laki tanpa basa-basi langsung memulai sesi perang sarung diiringi dengan gelak tawa. Rasanya saya ingin jadi wasit mereka saja hahaha.
Satu hal yang saya kagumi dari para penyelenggara kajian-kajian tersebut. Mereka tidak merasa terganggu dengan kehadiran anak-anak. Justru para panitia berlomba-lomba untuk membuat anak-anak nyaman selama sesi kajian.
Entah itu dengan menyediakan spot khusus bagi ibu dengan anak, memberi cemilan gratis untuk si anak, memfasilitasi area bermain bersama, bahkan sampai mengadakan lomba mewarnai bagi anak-anak selagi menunggu orang tuanya menimba ilmu.
Sangat suportif, ya kan?
Mungkin mereka paham bahwa menimba ilmu ketika memiliki anak kecil itu tidak semudah saat muda dulu. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dan perbekalan yang harus dipersiapkan.
Gerakan-gerakan seperti inilah yang akhirnya mendorong para orang tua untuk turut rajin membawa anak-anak mereka ke masjid, memperkenalkan anak-anak imut nan lucu itu dengan rumah Allah, tempat yang sejatinya memang akan sering mereka kunjungi ketika dewasa nanti.
Karena kalau tidak sejak kecil dibiasakan, bagaimana bisa tumbuh rasa dalam dada mereka untuk menghidupkan rumah-rumah Allah nantinya?
Tapi, kalau anak-anak menangis atau membuat keributan di masjid bagaimana?
Ya fitrah anak-anak memang seperti itu. Inilah salah satu hal yang perlu diperhatikan juga ketika membawa anak ke tempat ibadah. Orang tua diharapkan bisa menenangkan anak-anak mereka agar tidak mengganggu ibadah jamaah yang lainnya. Setiap orang tua tentu punya insting tersendiri tentang kapan anaknya bisa cukup tenang untuk diajak ke masjid bersama.
Begitupun kita ketika melihat orang tua dengan anaknya yang rewel di masjid. Jangan menegur dengan kata-kata yang menyakitkan. Kalau bisa, bantulah ia menenangkan atau setidaknya jangan membuatnya merasa tidak nyaman.
Agar apa? Agar para orang tua dan anaknya tidak trauma untuk kembali ke masjid lagi dan lagi.
Toh, siapa tau dengan kita membantu mereka merasakan kenyamanan, kelak kita pun akan dimudahkan saat nanti ada di posisi sebagai orang tua seperti mereka sekarang.
#MeletakAsa