Kekuatan Sebuah Tulisan

Amelia Khoirurrahma
3 min readApr 5, 2023

--

Dulu saya pernah menganggap para penulis buku atau influencer yang membuat tulisan mengenai motivasi diri atau kesehatan mental itu lebay sekali. Kok apa-apa serba dipuitisasi, semua hal dimelankolisasi. Seakan-akan seluruh kesedihan dan kekurangan dalam diri itu wajib dan harus divalidasi.

Intinya dulu saya kurang suka sama penulis dengan karakter seperti itu. Terkesan sedih sekali hidupnya, nggak ada semangat juangnya.

Namun, banyaknya followers dan pembaca yang menggandrungi buku mereka membuat saya mundur sedikit, mencoba mencerna sebetulnya apa kekuatan di balik tulisan mereka?

Sampai akhirnya saya ada di titik kehidupan yang bisa relate dengan konten-konten mereka. Saya jadi sedikit mengerti mengapa banyak manusia yang menyukai apa yang mereka tuliskan. Ya karena itu sungguh relevan dengan apa yang tengah mereka jalankan. Lain halnya ketika para pembaca sedang berada di puncak kebahagiaan, tentu sulit untuk merasakan makna tentang kesedihan yang penulis tuliskan.

.

.

Begitu pula dengan sebuah surat yang pernah saya terima beberapa tahun lalu. Ini salah satu potongan isi suratnya:

Potongan surat dari teman saya yang dulu saya nggak begitu paham maksudnya.

Seberapa banyak manusia di dunia ini yang membuat kita kuat, yang membuat kita bahagia, dan semua akan sia-sia jika kita tidak memilih atau memutuskan untuk kuat dan bahagia, bukan?

Saya menerima surat itu ketika tengah mati rasa. Jadi praktis suratnya hanya saya baca sekilas dan saya masukkan ke dalam folder pengarsipan saja. Tanpa ada keinginan untuk memaknai setiap kalimatnya.

Kemarin, entah dorongan dari mana, saya kembali membuka-buka folder arsip yang berisi surat ucapan dari teman-teman saya. Ada belasan jumlahnya. Satu per satu saya baca.

Hingga akhirnya, saya sampai di surat itu. Surat yang membuat saya menangis berjam-jam. Surat yang butuh waktu bertahun-tahun sampai saya bisa relevan dan benar-benar memaknai apa yang dimaksudkan.

Ternyata benar kata dia. Mau sekuat apapun dunia dan seisinya berusaha untuk membuatmu bahagia, tapi kalau kamu menolak itu semua, lantas mereka bisa apa? Cuma kamu yang punya tombol kendali untuk menguatkan dan membahagiakan dirimu sendiri. Vice versa. Kalau kamu sudah memutuskan untuk bahagia, mau dunia menjatuhkanmu sekeras apa juga tidak akan berguna.

Ah, ternyata saya yang sering mengaku sulit luluh dengan tulisan ini bisa juga menangis ketika dihadapkan dengan kata-kata yang tepat dan situasi yang akurat. Dasar manusia sok kuat!

Saya nggak yakin sih dia akan baca tulisan ini. Tapi, kalau seandainya iya, saya mau minta maaf karena baru bisa benar-benar memaknainya sekarang. Saya juga mau bilang makasih karena ternyata rangkaian empat paragraf sederhana yang ditulis tangan itu mampu membangkitkan kembali semangat hidup seseorang.

.

.

Sekarang saya jadi lebih menghargai para penulis terlepas dari apapun itu yang mereka tuliskan. Mungkin saat saya membaca karya mereka, saya sedang tidak relevan dan tidak mendapat kekuatan dari apa yang mereka sajikan, tapi saya tidak pernah tahu ada berapa banyak manusia di luar sana yang kelak akan berterima kasih kepada mereka karena telah diberi setitik harapan.

Yaa, sebesar itulah kekuatan sebuah tulisan jika jatuh ke tangan pembaca yang relevan.

#MeletakAsa

--

--

Amelia Khoirurrahma

Semi jurnal kehidupan, tidak akan relevan untuk banyak orang.