6 — Fiksi: Baskara-Candra
"Hei, aku selalu penasaran akan sesuatu."
"Ya? Tentang apa?"
"Kamu..."
"Aku? Hahaha, ada apa denganku?"
"Iya, kamu. Aku heran saja. Kenapa kamu bersedia memberiku ruang untuk bersinar? Padahal tanpa aku, aku yakin kamu juga pasti tetap cemerlang."
"Serius kamu bertanya begitu?"
"Maksudku, kenapa? Cahayaku kan tidak seberapa dan bahkan itupun aku dapat darimu."
"Kamu tahu? Binarmu itu meneduhkan. Sesuatu yang tidak bisa aku pancarkan. Mungkin sinar terangku banyak digunakan dan terkesan paling dibutuhkan, tapi ada kalanya justru sinar lawamu yang dirindukan."
"..."
"Kenapa diam saja? Kamu tidak percaya? Lagipula, aku senang setiap melihatmu berpendar."
"Kenapa?"
"Karena pada saat itu, kamu terlihat lebih hidup dan… aku suka. Kamu tidak tahu saja sebanyak apa penggemarmu di luar sana."
"Ah, masa sih? Bukannya kamu yang paling terkenal?"
"Hahaha, aku mengatakan yang sebenarnya. Itu terserahmu kalau tidak percaya. Waktu kita hampir habis, Dra."
"Haaahh, kenapa momen seperti ini selalu terasa singkat, Bas?"
"Jaga dirimu, Dra. Sampai jumpa di gerhana selanjutnya!"
